Customer journey menjadi dasar yang penting dalam dunia marketing. Tanpa mengetahuinya, produk atau jasa yang ingin kita tawarkan bisa-bisa tidak akan mendapatkan perhatian dari para pembeli.
Anggaplah kita sedang duduk di tepi pantai. Menikmati senja. Lalu, tiba-tiba ada seorang pemuda yang tidak pernah kita kenal datang. Pemuda itu menawarkan sebuah baju renang. Pemuda itu mempromosikannya dengan penuh semangat.
Pertanyaannya, apakah kita akan membelinya? Rasanya hampir kebanyakan orang tidak akan membelinya.
Kenapa bisa begitu? Banyak alasan, memang. Namun, hal yang menjadi paling mendasar adalah customer journey yang tidak pas. Nah, jadi apa itu sebenarnya customer journey itu?
Apa itu Customer Journey?
Customer journey bisa disebut proses berpikir yang terjadi sebelum pembeli membeli suatu produk atau jasa. Misalnya, anggaplah t kita pergi ke sebuah mal, tentu saja tidak semua barang akan dibeli. Tanpa disadari ada proses yang dilakukan sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli suatu barang.
Proses itu biasanya, seperti mempertimbangkan kebutuhan atau keinginan, melihat faktor harga, atau karena kemasan terbaru yang lucu. Dan, berbagai pertimbangan lain yang perlu kita pahami sebagai sudut pandang yang objektif.
Customer journey akan membantu kita untuk melihat produk atau jasa dari sudut pandang pembeli. Dengan begitu, strategi marketing yang dilakukan akan bersifat berkelanjutan dan sesuai dengan target audiens yang dituju.
"Pokoknya kalau kulit kamu kusam, pakai aja produk A!"
"Kalau makan itu wajib minum B"
Produk yang sesuai dengan audiensnya akan menjadi top of mind. Sebab, produk tersebut dianggap sudah memenangkan hati dari para target audiensnya. Nah, untuk bisa mengetahui customer journey dari pembeli, maka kita harus mengetahui dua tahapan dari customer journey itu sendiri.
Pertama, Mengenal Tahap Customer Awareness
"Wants people to notice you?"
Pada tahap awareness, target audiens masih belum memiliki kesadaran terhadap produk atau jasa yang ingin kita tawarkan. Untuk itu, pada tahapan ini, yang menjadi tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan perhatian dari target pasar.
"Wah, ada produk baru, ya!"
"Sepertinya, baju itu sangat cantik!"
Strategi yang bisa dilakukan untuk membangun tahap awareness, diantaranya dengan melakukan pendekatan edukasi, informasi, dan komunikasi yang aktif dengan para target audiens.
Kita bisa memanfaatkan media sosial. Membuat postingan dengan tren yang sedang booming, tetapi tetap sesuai dengan karakteristik target pasar. Mencari peluang dari hal yang sedang viral dan mempertimbangkan dari aspek apa produk kita bisa ikut tampil.
Kedua, Mengetahui Tahap Customer Consideration
"Wants people to know you?"
Pada tahap ini para audiens sudah mengenal tetang produk atau jasa yang ingin ditawarkan. Nah, jika sudah begitu, produk atau jasa yang kita miliki harus bisa dipertimbangkan oleh para calon pembeli untuk dibeli.
Pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan kelebihan, manfaat, dan solusi yang bisa ditawarkan. Membuat pembeli mengenal lebih jauh dan semakin yakin kepada produk yang ditawarkan.
Setelah berupaya agar produk kita dipertimbangkan, tentu kita tidak berharap produk kita hanya sekedar dipuji. Namun, juga berharap adanya proses pembelian untuk mendongkrak hasil penjualan yang maksimal.
Bagaimana, sudah paham, kan? Dengan mamahmi adanya customer journey, akan membantu kita untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat. Tidak hanya strategi yang kreatif, inovatif, tetapi juga strategi yang sesuai dengan target audiens.