Mengambil Keputusan Penting Dan Mendesak

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated


Pernahkah mendengar tentang keputusan penting dan mendesak? Keputusan penting dan mendesak sebenarnya memiliki substansi yang berbeda. Kuputusan mendesak lebih cenderung pada keputusan dalam jangka pendek dan terburu-buru untuk diselesaikan. Sedangkan keputusan penting lebih cenderung menggunakan perhitungan jangka panjang sehingga terkadang pengaruhnya tidak secara langsung terlihat. Padahal sebenarnya memiliki dampak yang besar dan berpengaruh. Lalu bagaimana caranya untuk dapat mengambil keputusan yang efektif?

1. Meningkatkan kemampuan diri

Mengambil keputusan yang tepat dapat dimulai dari diri sendiri. Dengan meningkatkan kemampuan diri, maka akan diperoleh metode yang tepat untuk menentukan satu keputusan yang tepat.

Eisenhower matriks dalam hal ini patut untuk dipelajari untuk melatih diri dalam mengambil keputusan. Dalam matriks ini ada empat kuadran. 

Pertama, kuadran penting dan mendesak. Ini adalah kuadran yang harus segera di kerjakan. Kedua, kuadran penting tapi tidak mendesak. Seuatu hal yang masuk dalam kuadran ini harus ditentukan kapan harus dikerjakan. Ketiga, kuadran mendesak tapi tidak penting. Dalam kuadran ini sebaiknya adalah mendelegasikan tugas tersebut kepada orang lain. Keempat, tidak penting dan tidak mendesak. Jika ada tugas yang masuk dalam kuadran ini langkah yang diambil adalah berhenti dan mengerjakannya nanti, alias kembali pada pilihan yang lebih diprioritaskan.

2. Memahami orang lain lebih baik

Agar bisa mengambil keputusan yang tepat tentu hal yang juga teramat penting adalah memahami orang lain dengan lebih baik. Artinya, jika dapat memahami orang lain dengan lebih baik, keputusan yang akan diambil juga akan lebih matang karena juga akan memperhitungkan dampak yang juga akan diterima oleh orang lain. 

Dalam hal ini Abraham Maslow telah mengungkapkan suatu piramida kebutuhan. Berdasarkan teori ini, jika lapisan piramida yang paling dasar tidak bisa dipenuhi, maka lapisan yang ada di atasnya tidak akan bisa dipenuhi. 

Lapisan dasar dari piramida kebutuhan ini adalah kebutuhan fisiologis dan keamanan. Fisiologis berarti adalah kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan kebutuhan keamanan, merupakan dimana seseorang harus merasa aman atau tidak berada dalam keadaan berbahaya untuk bisa memenuhi kebutuhannya pada tingkatan piramida berikutnya.

Lapisan berikutnya adalah kebutuhan kasih sayang dan penghargaan. Kasih sayang di sini dapat juga dimaksudnya adanya rasa kepeduliaan dan cinta dari keluarga atau pun orang terdekat. Kebutuhan penghargaan sendiri pada dasarnya adalah upaya apresiasi terhdap apa yang telah dilakukan dan dicapai.

Jika lapisan yang telah disebutkan di atas telah tercapai, maka lapisan teratas dari piramida kebutuhan ini akan bisa tercapai, yaitu kebutuhan aktuliasasi diri. Dimana setiap orang pasti sangat perlu untuk mengaktualisasikan siapa dirinya, apa kelebihannya, apa minatnya, dan apa mimpinya di dunia ini.

3. Meningkatkan hubungan dengan orang lain

Berikutnya adalah menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Contohnya disini adalah hubungan antara seorang pimpinan perusahaan dan karyawannya. 

Ada satu model yang bisa dipakai yaitu Hersey-Blanchard model atau kepemimpinan berdasarkan kondisi yang dibagi dalam empat tahap yaitu:

Pertama, instructing. Ini adalah masa awal saat karyawan baru masih belum memiliki pengalaman dan keterampilan yang sangat memuaskan. Tapi pada masa ini karyawan masih memiliki motivasi kerja yang sangat tinggi dibandingkan pada tahap berikutnya.

Kedua, coaching. Difase ini pengalaman dan keterampilan karyawan sudah mulai meningkat, tapi karena efuoria kerja menurun maka motivasi kerja pun juga sudah sedikit menurun. Pemimpin yang mengamati fase ini sedang terjadi, sebaiknya lebih bertugas untuk membimbing dan mengarahkan para karyawan.

Ketiga, supporting. Disaat ini pengalaman dan keterampilan karyawan sudah cukup memuaskan. Sedangkan tingkat motivasinya yang jelas sudah jauh berkurang, sehingga cenderung untuk membuat para karyawan banyak yang mengundurkan diri. Tetapi jika keadaan yang terjadi sebaliknya karena motivasinya tetap stabil atau malah meningkat, maka pemimpin yang mengamati tahap ini harus mulai memberikan kebebasan para karyawannya tersebut untuk berkarya. Misalnya adalah dengan mengikut sertakan karyawan dalam memberikan ide dan saran yang berharga untuk perusahaan.

Keempat, delegating. Karyawan yang sudah mencapai fase ini sebaiknya diberikan kontrol penuh atas kerjanya. Ini tentu karena tingkat motivasinya yang tinggi, sehingga biasanya akan diberikan kebebasan untuk memegang proyek dan belajar cara memimpin sebuah tim. Sementara itu tugas pemimpin hanya perlu memberikan arahan yang jelas secara garis besarnya saja.

Baca juga Seni Mengubah

Penulis: Ahmat Jha

Sumber: The Decision Book, karya Micahel Krogerus dan Roman tchappler.

Getting Info...

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.